

Karena tidak tahan hidup di padang pasir yg sepi dan amat gersang, aladin ini pun pergi ke kota besar dibelakang rumahnya. Dengan membawa sekantong uang dollar dan rupiah, tidak lupa membawa kompas dan Ipod. Tapi sialnya uang dan seluruh hartanya habis, karena dirampok dan karena kebanyakan main game multiplayer kayak RF, Ayodance dan SEAL Online. Sampai-sampai Aladin terpaksa menggadaikan Abu, monyetnya, hanya untuk beli aqua botolan.
Akhirnya, si aladin miskin pulang ke rumah melewati sebuah gurun pasir yang sangat ganas, yang ganasnya mampu membuat anak kecil yang menangis pun menjadi diam (?). Karena jaraknya masih jauh, dan Aladin butuh tumpangan, ia pun terpaksa merelakan uangnya yang terakhir, sekeping lima ratusan untuk menelpon supir pribadinya. Karena HP terbarunya Nokia N 96 lupa dibawanya.
Setelah cari-cari telepon umum, akhirnya ketemu juga. Sialnya, waktu mau memasukkan koin lima ratusan itu ke dalam telepon umum, koin itu jatuh dari sakunya dan menggelinding jauh.
Aladin yang kaget tersadar. Segera dikejarnya koin lima ratusan yang menggelinding itu dengan Semangat Empat Lima. Baginya, koin lima ratusan yang terakhir itu adalah penyambung hidupnya.
Koin lima ratusan itu terus menggelinding, dan Aladin tetap saja mengejar. Melewati lembah dan gunung, bermandi peluh dan keringat, didera lapar dan dahaga, diterpa hujan dan badai, disengat panas yang membara, semangat Alexander Ahmad Steven Lionheart Alimuddin alias Aladin tak pernah padam. Baginya lebih baik ia mendapatkan koin itu untuk menelpon supir pribadinya daripada harus dibuat main Di Warnet. Soalnya lagy bikin blog baru (loh, apa hubungannya? :haha: )
Sampai akhirnya, sampailah ia di depan sebuah gua tak bertuan (Soalnya ada tulisan “GUA TAK BERTUAN” gede di atasnya, diterangi lampu disko kelap kelip. Red) Koin itu menggelinding jauh masuk ke dalam gua yang gelap. Namun Alexander Ahmad Steven Lionheart Alimuddin (alias Aladin) bukanlah seseorang yang penakut. Ia pernah menakklukkan sepuluh ekor….. kecoa sendirian dengan sekali semprot (semprot?). Tanpa mempedulikan dirinya sendiri, ia berjalan dengan gagah berani memasuki gua yang gelap itu.
“Aduh saklar lampunya mana sih??!” Keluh aladin.(di gua mana ada saklar lampu?) seru Aladin sambil sesekali terantuk batuan stalaktit dan stalakmit gua yang tersusun dari batuan kapur yang setiap tahun sekali selalu memanjang karena perubahan struktur kapur disebabkan rembesan air dari bagian atas gua. Walau begitu ia masih bisa melihat kilauan koin lima ratusannya, berpendar dalam kegelapan, menggelinding makin jauh masuk ke dalam.
Sampai suatu saat koin yang menggelinding itu tiba-tiba terantuk sesuatu yang berkilauan. Aladin begitu amat sangat terkejut, karena tiba-tiba ia berada dalam sebuah ruangan gua yang luas dan terang. Sehingga ia bisa melihat benda yang telah menghalangi koinnya untuk tetap maju.
“Eeehhh…. ini kan…” Dipungutnya sebuah benda seperti lampu pelita tua dalam cerita-cerita ‘Aladin dan Jin Lampu’ itu dan dipandanginya baik-baik.
“Ini kan pispot (pispot?), siapa sih yang kurang kerjaan, naruh pispot di sini” Aladin kesal. Ditendangnya pispot itu jauh-jauh dan dipungutnya koin lima ratusannya di tanah. Koin itu dimasukkan nya dalam sebuah kantung kulit yang diikat erat-erat. Kantung kulit itu kemudan dimasukkan ke dalam sebuah safety box portabel yang memiliki nomer kombinasi digital yang tersusun atas 10 kombinasi angka dan huruf. Belum lagi sistem pengamanannya yang dilengkapi dengan access restriction untuk user selain root group. Sehingga hanya hacker professional saja yang bisa menjebol passwordnya. ( untuk mencarinya passwordnya dapat menggunakan rapidshare. Tp pake account premium loh !! apa hubungannya yah
.red)

Saat akan beranjak dari situ, tiba-tiba dari belakangnya muncullah asap keperakan yang disusul suara ledakan seperti ledakan mercon. Waktu Aladin menoleh, di belakangnya berdirilah sesosok tubuh yang mengerikan. Wajahnya hitam, tubuhnya besar, lebih besar sedikit dari badak dan lebih kecil sedikit dari anaknya gajah. Matanya melotot merah seperti mata orang yang kurang tidur. Taringnya tajam dan ada sedikit bekas darah segar di situ (Lho iya, ini kan jin, bukan drakula, kalau gitu taringnya gak jadi deh. Red). Ia mengenakan setelan jas armani yang sudah sobek-sobek. Matanya yang melotot memandangi Aladin tajam-tajam. Aladin merasa ngeri.
“S..SSSiapa KK..Kamu??” Gemetar suara Aladin bertanya pada sosok sangar di depannya.
Sosok sangar itu menjawab dengan suara berat yang mengerikan “HMMMM…… AKU ADALAH BLACK GENIE, JIN PENGHUNI LAMPU AJAIB YANG TELAH DIKURUNG SELAMA SERIBU TAHUN HMMMM……”
“B..Black Genie?? Oh… pantas…” Gemetar suara Aladin lagi.
“HMMM…… APA?!” Seru sang jin merasa terhina (padahal aslinya kan emang begitu)
“Eh bukan… maksudku…..maksudku kamu apanya Black Cannibal?” Aladin bertanya takut-takut.
“HMMMM…….. BLACK CANNIBAL ITU…. ADALAH SAUDARANYA ANAK KEPONAKAN CUCU PAMAN NENEK BAPAKKU MUHAHAHAHA HMMM….”
“Ketawanya jelek banget” Kata Aladin setengah berbisik.
“HMM……APA?!” Seru sang Jin lagi, kini ia benar-benar marah. “ENAK AJA KAMU BILANG KETAWAKU JELEK!! AKU DULU PEMENANG KONTES KETAWA TINGKAT KECAMATAN DI ALAM JIN!! AKAN KUHUKUM KAMU KARENA TELAH MENENDANG LAMPU TEMPAT AKU DIKURUNG!! Dan karena bilang ketawaku jelek hmmm……”
“T..Tunggu Om Jin…. Kukira itu bukan lampu, tapi pispot…. m…maaf.. soalnya mirip sih” jawab Aladin makin ketakutan.
“EEEENAK AJA!!! INI LAGI!! MALAH BILANG LAMPUKU KAYAK PISPOT!! HUKUMANMU AKAN KUPERBERAT 100.000 KALI DIKUADRATKAN EMPAT KALI !! Eh terus jadinya berapa ya?”
“Sebentar om jin, saya buka laptop ACER saya dulu. SAya pake google dulu buat jumlahin bilangan itu. maklum, saya dulu UAN ga lulus. Disini ada wifiinya kan om jin?” Kata alladin
“owh..HEBAT JUGA KAMU. SAYA SUDAH PAKE WIRELES-G ACCES POINT buat internetan digoa. Biasanya sih buat liat youtube” Jawab jin jelek dengan lantang.
“pake speedy ya om jin, cepet banget nieh aksesnya. Apalagy ke www.nafasku.com bisa 5 detik. Tadi om jin tanya kan? Jawabannya 10.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000, Om Jin…” jawab Aladin lagi.
“OH IYA BENAR, PINTER JUGA KAMU. JADI KAMU AKAN KUHUKUM SEBANYAK ITU!! HMMMM……!!!!” Suara jin kembali menggelegar.
“J..jangan Om Jin… bukankah biasanya Jin kalau dibebaskan dari Lampu akan memberi 3 buah permintaan” Aladin memohon lagi.
“MAUNYA BEGITU BEGO!! TAPI KARENA KAMU TELAH MEMPERLAKUKAN PISPOT… EH LAMPUKU DENGAN TIDAK SOPAN, AKU JUSTRU AKAN MENGHUKUM KAMU!!! BERSIAPLAH TERIMA HUKUMANKU!!!” Gelegar Black Genie menggetarkan seisi gua.
Tak dinyana, teriakan Jin yang terakhir begitu kuat sehingga menggetarkan dinding gua. Sedetik kemudian tiba-tiba dinding gua retak dan runtuh. Batu-batu patahan stalaktit dan stalakmit berjatuhan. Aladin benar-benar ketakutan. Ia berlarian ke sana kemari menghindari jatuhan batu-batu di mana-mana.
“Toloooooong….. tolooooongg…. selamatkan sayaaaa…. Saya nggak bisa berenaaangg!!!” Aladin kaget , yang barusan teriak seperti itu ternyata si Jin. Dilihatnya Si Jin begitu ketakutan sambil nangis-nangis, menghindari reruntuhan. Warna hitam di kulit wajahnya langsung luntur seketika. ( karena jin ini habis ketumpahan tinta printer Canon. red) (??)
Namun Aladin adalah anak yang baik hati, berhati mulia dan rajin menabung sehingga hatinya tak tega melihat si Jin ketakutan. Segera ditolongnya si Jin untuk bersama-sama keluar dari gua. Sementara itu suasana bertambah gawat, Reruntuhan itu telah memicu bom waktu yang dipasang di setiap sudut di dalam gua. Sehingga Aladin, sambil menggendong si Jin, harus berpacu dengan reruntuhan dan api ledakan yang susul menyusul mengejar di belakangnya (keren jeh…kayak di film2 action holiwod itu.
. Red).

BUMMM!!! Gua itu tertimbun bebatuan dan tertutup untuk selamanya. Sementara itu Aladin dan Jin telah berhasil keluar gua dengan selamat. Jin yang merasa berhutang budi kepada Aladin memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada Aladin karena mengira Aladin adalah orang jahat. Sebagai balasan atas pertolongan Aladin, ia bermaksud memberi Aladin sebuah liburan gratis di Grand Hyatt Hotel Bali selama 3 hari 2 malam, ditambah akomodasi dan jemputan, tak lupa hadiah dari jackpot sebesar Rp. 7.500.025,00 kontan. Namun Aladin menolak.
“Aku tak mungkin menerima hadiah seperti ini” Seru Aladin. “Menolong sesama adalah kewajiban setiap umat manusia, dan lagi Aku menolongmu tanpa pamrih. Apa jadinya jika setiap orang meminta balasan atas apa yang telah dilakukannya kepada orang lain. Kau harus tahu, orang seperti itu tak ada bedanya dengan penjahat kelas kakap yang tahunya hanya uang dan uang. Pernah sekali aku bertemu dengan seseorang yang kelihatannya ramah di luar namun sebenarnya ia selalu menjelek-jelekkanku di belakang. Akan jadi apa dunia ini jika dipenuhi oleh orang-orang seperti itu. Semua hanya diliputi kepalsuan…. bla…bla….bla…bla ” Aladin berkata panjang kali lebar.
“M..maaf Tuan Aladin, tapi saya tak mungkin hidup dengan mengetahui bahwa saya telah berhutang nyawa kepada orang lain. Tak seorang pun mampu menahan penderitaan batin seperti itu, bahkan artis sinetron sekalipun” Ujar Black Genie, matanya berkaca-kaca menyiratkan perasaan yang mendalam.
…………………………………………………………………………………………………….
(Setelah itu Aladin dan Black Genie masih terus berdebat sampai sekitar 7 jam kemudian)
Akhirnya Aladin menyerah. Setelah bargaining dengan si Jin, ia pun akhirnya menerima pemberian Jin, yakni empat keping lima ratusan. Walau hati kecilnya menolak, namun pikirnya, “Lumayan lah bisa buat buka friendster dan facebook. Kalo ga gitu ya buat maen game multiplayer aja
”

Dan Aladin pun kembali ke telepon umum untuk kembali menelpon sopir pribadinya. Sementara sang Jin kembali ke dalam lampu dan hidup damai sentosa bahagia selamanya.
KANTOR POLISI
Pada suatu hari Fadli mendapat SMS dari Fani, pacarnya. Di SMS tersebut Fani bilang “Yang, skrng aq sdng d kntr polisi, smua bukti n saksi tlh mengarh kpd q, polisi tlh mengintrogasiku, aq takut, stlh bbrp lm akhrny...”. Tanpa berpikir panjang Fadli mengambil motor di garasinya dan langsung tancap gas menuju kantor polisi.
Sampai di kantor polisi, ternyata gadis pujaannya itu sama sekali tak terlihat batang hidungnya. Karena Fadli adalah anak yang sangat pemalu dan lugu, dia tidak berani bertanya kepada pak polisi yang sedang berjaga di kantor tersebut.
Setelah beberapa lama mondar-mandir di tempat tersebut, akhirnya dia memberanikan diri untuk bertanya kepada pak satpam yang sedang jaga di pintu gerbang. “Pak, boleh numpang tanya!, sejak tadi ada gak cewek yang di tahan di kantor ini?”.
“Waduh... saya gak tau mas, di sini saya hanya bertugas untuk mengatur kendaraan yang keluar masuk dari tempat ini”, jawab pak satpam kepada Fadli.
“Kalau gitu, makasih pak!”, sahut Fadli.
Mendengar jawaban dari pak satpam, Fadli mempunyai inisiatif untuk menelepon pacarnya tersebut. “Hallo... Say, kamu ada dimana?, kucari ke kantor polisi kok gak ada?, gimana keadaan kamu?, katanya kamu ditahan di kantor polisi?”, ucap Fadli dengan sedikit merasa cemas.
Sambil tersenyum dia mencoba menenangkan kekasihnya, “Yang, sekarang aku sedang di rumah, aku baik-baik aja kok!”.
“Terus yang kirim SMS ke aku itu siapa?”, tanya Fadli kepada Fani.
“Oh... SMS itu, kamu pasti belum baca isi semua SMS dariku itu!. baca lagi donk!”, tukas Fani.
Fadli terdiam.
“Udah gitu aja yach... nanti pulsa kamu habis. Udah yach... dah sayaaang...”, Fani kemudian menutup hand phonenya.
Fadli masih bingung!. Lalu dia membuka SMS itu lagi dan membacanya. Beberapa saat kemudian dia tertawa sendiri karena tahu isi lengkap SMS tersebut adalah, “Yang, skrng aq sdng d kntr polisi, smua bukti n saksi tlh mengarh kpd q, polisi tlh mengintrogasiku, aq takut, stlh bbrp lm akhrny aq dpt srt tilang, d srt tu trtls anda dinyatakan bebas krn semua bukti n saksi menyatakan bahwa anda adalah wanita yg cantik menawan hati”.
Dalam hati Fadli berkata “Ternyata aku orang begok yach...!”.
SANDALKU RAIB
Rudi dan Andi adalah sahabat yang sangat dekat, kemanapun dan dimanapun mereka selalu berdua. Seperti kata pepatah, dimana ada gula di situ pasti ada semut, dimana ada Rudi disitu pasti ada Andi.
Suatu sore Andi curhat sama Rudi. “Hari ini aku bener-bener kesal banget Rud”, tutur Andi kepada Rudi.
“Emangnya kenapa And?”. Tanya Rudi kepada Andi.
Dengan sedikit menggerutu Andi menjawab pertanyaan Rudi, “Tadi siang aku sholat jum'at berjama'ah di masjid Sabilul Khoir di sebelah rumahku. Aku berangkat ke masjid memakai sandal yang baru kubeli di mall bareng kamu minggu lalu, ta....”. Dia berhenti bicara karena terpotong omongan Rudi.
“Emang kenapa dengan sandalmu And?”, sahut Rudi karena merasa penasaran dengan cerita Andi.
“Waktu aku mau pulang, sandal yang ku pakai waktu berangkat ke masjid itu sudah raib entah kemana. Setelah lama kucari, tetap gak ada, yach... akhirnya kuputuskan untuk menunggu sampai semua jama'ah sholat jum'at pulang. Aku berfikir mungkin sandalku tertukar sama sandal milik orang lain. Setelah semuanya pulang, yang tersisa hanya tinggal sepasang sandal usang, dan yang menyedihkan lagi salah satunya udah berlubang. Mau gimana lagi..., akhirnya dengan terpaksa sandal itu ku pakai dan kubawa pulang, itung-itung dibanding pulang gak pakai sandal”. Jawab Andi dengan muka agak kusut.
Sembari menahan tawa, Rudi bilang pada Andi, “Hmm... kalau gitu... minta aja pertanggung jawaban sama pak ustadz yang tadi siang jadi khotib di masjid”.
Dengan sedikit bingung Andi bertanya pada Rudi, “kok bisa gitu Rud?”.
Sambil tertawa Rudi menjawab, “Disetiap khutbah sholat jum'at, pak ustadz selalu menyerukan kepada para jama'ah untuk mengambil yang baik-baik dan tinggalkan yang jelek-jelek. Mungkin orang yang mengambil sandalmu itu mengikuti apa yang dikatakan pak ustadz”.
Mereka tertawa terbahak-bahak.
GAPNET
Suatu hari Bu Evi, guru Bahasa Inggris di SMU Harapan Makmur, memberi tugas siswa kelas sepuluh IPA untuk mencari sebuah artikel di internet yang membahas tentang flora dan fauna. Tugas itu dikerjakan secara berkelompok dan setiap kelompok akan dipilih secara acak. Setelah dilakukan pengacakan terbentuklah beberapa kelompok dan setiap kelompoknya terdiri dari 3 orang.
Salah satu kelompok dari beberapa kelompok yang ada adalah kelompok III yang terdiri dari Novi, Ani dan Ria. Mereka bertiga sepakat berbagi tanggung jawab dalam menyelesaikan tugas dari Bu Evi. Secara kebetulan Novi bertugas untuk mencari artikel di internet, Ani bertugas menterjemahkan artikel kedalam bahasa Indonesia dan Ria bertugas untuk mengetik, mencetak dan mengumpulkan artikel tersebut ke Bu Evi.
Sepulang sekolah, mereka bertiga berjalan bersama. “Nov..., jangan lupa yach..., kamu cari artikel di internet!”, tutur Ani kepada Novi.
“Tenang aja, semua pasti beres!”, jawab Novi dengan meyakinkan. Tetapi dalam hati dia sangat bingung. Jangankan internet, komputer saja Novi masih belum mahir mengoperasikannya.
Karena terpaksa, sore itu Novi memberanikan diri untuk pergi ke warnet untuk melaksanakan tugasnya. Sesampainya di warnet, dia langsung duduk menghadap sebuah komputer dan mengotak-atiknya.
Satu jam telah berlalu, keringat dingin telah membasahi Novi, karena selama itu dia belum lakukan apa-apa, hanya otak atik mouse dan keyboard. Dengan menahan rasa malu, Novi memberanikan diri untuk bertanya kepada Mbak yang sedang jaga warnet. “Permisi Mbak..., boleh tanya!. Gimana ya... cara membuka internet itu?”.
“Lho... selama satu jam itu kamu ngapain aja?”, Mbak itu balik bertanya kepada Novi.
“Aku cuman otak atik mouse ama keyboard aja, nggak ada yang lain!”, jawab Novi sembari menahan rasa malu yang semakin besar.
Mendengar jawaban tersebut, Mbak itu terkejut dan sambil menahan tawa dia berkata, “Ya sudahlah..., nggak apa-apa, nanti kuajarin bagaimana caranya!”.
Seketika wajah Novi nampak lega karena ada yang mau berbaik hati mengajari bagaimana cara berinternet.
Singkat cerita, Mbak penjaga warnet tersebut beralih profesi menjadi guru kursus kilat belajar internet.
Esoknya Novi bertemu Ani dan Ria di sekolah. Kemudian Novi menceritakan pengalamannya di warnet kemarin. Setelah mendengar cerita tersebut, spontan saja mereka berdua tertawa. Tiba-tiba saja Ani menyahut, “Bentar-bentar..., aku mau ngomong nih. Jujur aja yach..., waktu pembagian tugas kemarin, aku berharap enggak kebagian tugas mencari artikel di internet, soalnya aku juga gapnet alias gagap internet, ha... ha... ha..”.
Spontan saja Novi bertanya, “Hah..., An... kamu juga gapnet ta?, kalau kamu Ria?”.
Sambil menahan tawa dan menundukkan kepala Ria menjawab, “Aku juga gapnet!”.
“ha.. hhaa... hhhaaa...!.”.
10 Maret 2007
TERLAMBAT NGANGKAT
Suatu hari Adi larut dalam obrolan hangat bersama Candra, teman sekaligus tetangganya.
Adi : Aku punya pertanyaan Ndra!. Kalau kamu bisa menjawabnya, aku janji nanti kamu ku traktir di warungnya Pak Sholeh!. Mau ngaak?
Candra : Beneran Di, entar kamu bohong lagi!
Adi : Aku ini serius Ndra!. Kamu kok gak percaya sih sama sahabatmu ini! (dengan nada agak tinggi).
Candra : Percaya-percaya..., apa sih pertanyaannya?
Adi : Begini Ndra, saya punya tiga cerita, nanti kamu simpulkan apa kesamaan dari ketiga cerita itu?, Oke!
Candra : (mengangguk...)
Adi : Pertama, saya pernah melihat ada seekor sapi mati mengenaskan gara-gara hanyut terseret arus sungai Ciliwung yang sangat deras. Cerita kedua, waktu itu saya bekerja sebagai koki di sebuah restoran terkenal di Jakarta. Setelah hampir 3 bulan bekerja, saya dipecat oleh pemilik restoran itu karena telah tiga kali menggosongkan daging ayam yang sedang saya masak. Yang ketiga, saya pernah melihat seorang cewek yang baru 6 bulan menikah meloncat kegirangan dan langsung memeluk suaminya karena dokter yang memeriksanya mengatakan bahwa ia positif hamil. Sekarang, apa kesamaan dari ketiga ceritaku tadi?.
Candra : ...Apa ya?...(berfikir)... Nyerah deh, aku nggak tahu!
Adi : Beneran nih... nyerah, nggak jadi ku traktir lho...!
Candra : Ya udahlah..., beritahu jawabannya sekarang, pusing aku memikirkannya.
Adi : Jawabanya adalah... terlambat ngankat!
Candra : (berfikir)...ha...ha...ha...!
10 Maret 2007
MONYET KEBINGUNGAN
Pada saat jam istirahat sekolah, Silvy mendatangi ketiga temannya yang sedang duduk di taman menikmati indahnya langit pagi yang begitu cerah.
Silvy : Hai semua..., aku punya pertanyaan nih. Buah apa yang bikin monyet bingung?
Heni : Gak tau ah...!
Joni : Aku tahu aku tahu... pisang!
Silvy : Kok bisa pisang, apa alasannya Jon?
Joni : Karena kalau nggak ada pisang pasti monyetnya kelaparan dan mati.
Silvy : Salah...!
(Joni, Heni dan Agus terdiam)
Agus : Nyerah deh...
Silvy : Beneran..., kalian semua nyerah?
(Joni, Heni dan Agus terdiam...)
Silvy : Ya udah tak beritahu. Jawabannya adalah... buah jambu!
Agus : (dengan rasa penasaran)Kok bisa buah jambu...?
Joni : Apa alasanmu Silvy?
Heni : Kok jambu...
Silvy : (sambil menunjuk kepada ketiga temannya) He...he... Tuh bener kan, monyetnya pada bingung! Ha...ha...ha...
Agus : (sambil tersenyum)...Awas kamu silvy, nanti ku balas kamu!
10 Maret 2007
INTERISTI SEJATI
Karena tidak mempunyai tiket untuk menonton pertandingan secara langsung, seorang interisti, julukan bagi suporter fanatik Inter Milan mencoba memasuki stadion dengan cara memanjat tembok stadion Geusepe Meaza untuk melihat derbi klasik antara AC Milan vs Inter Milan. Setelah berhasil memasuki stadion, dia melihat satu tempat duduk belum terisi dan disebelahnya duduk seorang Kakek yang dengan tenang menunggu dimulainya derbi itu. Interisti yang belakangan diketahui bernama Francisco Tapanuli itu kemudian mendatangi si Kakek dan bertanya kepadanya, “Permisi Kek, apakah tempat duduk di sebelah anda ini memang kosong atau ada orang lain yang akan menempatinnya tetapi belum datang kesini?”.
Kakek yang memakai kaos bermotif garis biru hitam, (Seragam tim Inter Milan) lengkap dengan syal bertuliskan Internazionale Milano itu menjawab, “Tempat duduk ini memang kosong!. Kalau mau anda boleh menempatinya!”.
“Terima kasih Kek!”, jawab Fransisco sambil duduk di sebelah Kakek itu. “Ngomong-ngomong, kenapa anda menonton pertandingan ini sendirian?”, lanjut Francisco.
“Selama lebih dari 20 tahun, saya bersama istri saya tak pernah sekalipun melewatkan derbi antara Inter Milan vs AC Milan, dan biasanya dia duduk di tempat duduk yang sedang anda tempati sekarang”, jawab si Kakek.
“Terus, dimana istri anda sekarang Kek?”, tanya Francisco dengan penasaran.
Dengan memandang ke wajah Fancisco Kakek menjawab, “Dia sudah meninggal dunia!”.
Mendengar jawaban Kakek, Francisco berkata, “Oh... Maaf Kek. Saya turut berbelasungkawa atas meninggalnya istri anda”.
“Terima kasih!”, tutur si Kakek.
Francisco dan Kakek terdiam.
Beberapa saat kemudian Francisco kembali bertanya kepada si Kakek, “Kenapa anda tidak mengajak kerabat yang lain untuk menonton pertandingan ini?”.
“Sekarang mereka semua sedang sibuk!”, jawab Kakek.
“Sibuk apa mereka Kek?”, Francisco bertanya lagi.
Dengan tenang si Kakek menjawab, “Mereka sedang menghadiri pemakaman istri saya”.
Francisco, “...!!!”, (dalam hati dia berkata, “Bener-bener Interisti Sejati”).
14 Maret 2007
LAUT=ISTIRAHAT
Pak Ujang adalah salah satu warga kota Bandung yang kini tinggal di kota Surabaya. Selama delapan tahun ini dia tinggal di Surabaya bersama sang istri tercinta yang kebetulan asli orang Surabaya.
Seperti pada hari-hari sebelumnya, dia melewati aktifitas hariannya dengan bekerja di salah satu perusahaan swasta yang terletak di Surabaya Timur. Sampai suatu sore dia mengalami kejadian yang menggelikan karena selama delapan tahun tinggal di Surabaya dia baru tahu kalau laut (bahasa jawa), dalam bahasa Indonesia berarti istirahat.
Jam dinding telah menunjuk pukul 4 sore, waktunya Pak Ujang beserta karyawan yang lain untuk pulang dari tempatnya bekerja. Sesampainya didepan pintu gerbang perusahaan, ia dihampiri seorang pemuda yang mencoba bertanya kepadanya. “Permisi Pak, nderek tangglet, satpame sampun laut to pak?, tanya pemuda tadi yang diketahui bernama Jono. (Dalam bahasa Indonesia berarti “Permisi Pak, mau tanya, apakah satpamnya sudah beristirahat?”).
“Sanes Mas, satpame sakeng angkatan darat”, jawab Pak Ujang. (Artinya “Bukan Mas, satpamnya berasal dari angkatan darat”, karena mengira kalau arti dari pertanyaan Si Jono adalah “Permisi Pak, mau tanya, apakah satpamnya dari angkatan laut?”).
Mendengar jawaban tersebut, Jono menjadi bingung. Dalam benaknya Jono berfikir mungkin suaranya kurang lantang sehingga Bapak tersebut kurang mendengar pertanyaannya. Kemudian dia kembali bertanya “Satpame wes laut to Pak?”. (Dalam bahasa Indonesia berarti “Apakah satpamnya sudah beristirahat?”).
Pak Ujang kembali menjawab, “Sanes Mas, Satpame ndugi angkatan darat”. (Yang artinya “Bukan Mas, Satpamnya dari angkatan darat”).
Mendengar jawaban itu Jono merasa sedikit kesal, kemudian dia memutuskan kembali bertanya dengan memakai Bahasa Indonesia. “Paak...!, apakah satpam di sini sedang beristirahat?”, tanya si Jono.
“Ya..., bener Mas. Satpam disini sedang beristirahat. Memangnya Mas ada perlu apa?”, jawab Pak Ujang yang kembali bertanya kepada Jono.
“Paman saya, namanya Pak Arif adalah salah satu satpam di perusahaan ini. Saya ingin menemuinya karena ada keperluan keluarga yang sangat penting yang ingin saya sampaikan kepadanya”, jawab Jono.
“Anda langsung aja ke bagian informasi yang terletak di gedung A lantai satu”, tutur Pak Ujang sambil menunjuk salah satu gedung yang berwarna biru.
“Terima kasih atas bantuannya Pak”, lanjut si Jono sambil melangkahkan kaki ke gedung A. Pak Ujang pun kembali menghidupkan motornya dan lansung tancap gas menuju rumah.
Sesampainya di rumah, Pak Ujang langsung menceritakan peristiwa tadi kepada istrinya. Spontan saja istrinya tertawa mendengar cerita dari sang suami. Lalu si istri bilang sama sang suami “Mas iku yo’opo seh..., lek dek bahasa Indonesia, laut iku...., artine istirahat”. (Dalam bahasa Indonesia berarti “Mas itu gimana sih..., kalau di Bahasa Indonesia, laut itu artinya istirahat”).
Spontan aja Pak Ujang tersenyum menahan malu mendengar penjelasan dari sang istri. Dalam hatinya dia berkata “Saya ini sudah delapan tahun di Surabaya, kok saya baru tahu kalau laut itu berarti istirahat”.
24 Maret 2007
PASAR BUAH
Pada suatu malam, si Joko duduk berdua dengan kekasihnya memandangi bintang-bintang di langit.
“Malam ini sangat indah ya...”, tutur si Joko yang diikuti senyuman oleh kekasihnya.
Sembari memandang wajah kekasihnya, Joko melanjutkan ucapannya “Sayang..., Hitam matamu bagai buah manggis, lengkung alismu seperti pisang raja, hidung mancungmu melambangkan kesegaran buah belimbing, bibir merahmu menggambarkan manisnya buah apel, halusnya kulit wajahmu melebihi halusnya buah mangga”.
“Kok bisa gitu...?”, tanya kekasihnya.
Spontan saja Joko menjawab “Wajahmu benar-benar seperti pasar buah..! Ha... ha... ha....!!!”.
24 Maret 2007
ASPAL KERING
Sudah 3 bulan ini Denny meninggalkan kampung halamannya untuk mencari rezeki di kota Bandung. Untuk mengobati rasa rindu pada Safira, kekasihnya di kampung, dia berinisiatif menulis sepucuk surat yang akan dia kirim lewat Pos.
Singkat cerita, surat tersebut sampai ke tangan Safira. Dia senang kegirangan mengetahui surat tersebut dikirim oleh sang pujaan hatinya. Tanpa banyak kata, dia langsung membuka dan membaca isi surat tersebut.
Mendadak wajah Safira berubah cemberut setelah membaca selembar puisi yang terdapat surat tersebut.
Alangkah indahnya
Saat kita berdua
Pergi bersama
Arungi samudra cinta
Lewati hari-hari bahagia
Dengan wajah muram dan tanpa berfikir panjang dia langsung mensobek-sobek selembar puisi tersebut dan membuangnya ketempat sampah karena tahu inti dari puisi itu adalah Aspal Kering.
Saat kita berdua
Pergi bersama
Arungi samudra cinta
Lewati hari-hari bahagia
Dengan wajah muram dan tanpa berfikir panjang dia langsung mensobek-sobek selembar puisi tersebut dan membuangnya ketempat sampah karena tahu inti dari puisi itu adalah Aspal Kering.